Marilah Kita Menjadi Kaya!
Bosan! Bosan! Bosan menjadi orang miskin!
Orang miskin nyaris tidak bisa berbuat apa-apa. Mau ini, mau itu… serba susah.
Apa lagi kalau melihat kekayaan yang dinikmati sebagian orang, tercetuk kata
tanya dalam hati, mengapa dia bisa begini dan saya tidak?
Kemiskinan yang saya nyatakan di sini
adalah kemiskinan ekonomi. Mengapa saya miskin? Bila dipikir,
sekurang-kurangnya ada dua hal yang membuat begitu, yakni bisa karena
peruntungan kelahiran dan bisa juga karena kepasifan hidup.
Yang dimaksud dengan peruntungan kelahiran
adalah berikut ini. Kita tidak bisa memilih tempat kelahiran kita! Lahir di
keluarga kaya atau miskin, kita tak bisa menentukannya. Hal itu merupakan
peruntungan, atau dalam istilah yang umum, takdir atau nasib. Jadi, mengapa
seseorang orang itu miskin, disebabkan karena memang dari lahirnya demikian.
Sejak membuka mata di dunia ia sudah langsung melihat dan mengalami kemiskinan.
Apakah begitu kejamnya takdir kemiskinan karena peruntungan kelahiran
ini? Sehingga orang pasrah begitu saja? Tidak. Takdir kemiskinan masih
bisa berubah tergantung pada situasi dan kreativitas yang bersangkutan.
Hal itu amat berkaitan dengan perihal
kedua, yakni kepasifan hidup. Ini bisa mengakibatkan orang menjadi miskin atau
tetap miskin. Menjadi miskin apa bila ia beruntung terlahir dalam situasi kaya,
namun tak bisa mengembangkannya, sehingga jatuhlah dalam kemiskinan. Tetap
miskin atau bahkan semakin miskin karena ia tidak pernah bangkit dari
kemiskinannya (barangkali berkubang dalam lingkaran kemiskinan! Bagaimana
keluar dari kemiskinan bila susah bergerak?).
Apapun penyebab kemiskinannya, orang
hendaknya bangkit darinya pertama-tama oleh usahanya sendiri, dan tentu juga
tetap terbuka pada campur tangan proporsional pihak luar. Hal ini mau
menegaskan bahwa situasi kemiskinan bukanlah sesuatu yang baku dan tidak bisa
berubah sama sekali. Ini telah terbukti dengan banyaknya orang sukses menjadi
kaya dengan latar belakang kemiskinan sebelumnya. Sayang sekali, masih lebih
banyak orang yang tetap terbelenggu dalam kemiskinannya!
Belajar dari orang sukses dengan latar
belakang kemiskinan tentu amat berguna, dan memotivasi orang untuk tidak pasrah
dalam keadaannya, melainkan harus bangkit dari kemskinannya. Tentu saja, orang
harus berani mengambil keputusan-keputusan yang mungkin tidak biasa –tapi
baik secara moral—untuk mengubah pola pikir dan pola hidupnya. Dalam kehidupan
ada terdapat banyak lapangan usaha untuk menjadi sukses secara ekonomi,
misalnya pertanian, perdagangan, peternakan dll. Orang bisa memilih salah
satunya. Tentu saja sebuah proses harus dihargai dalam pelakanaan pilihan itu.
Ah, barangkali orang
bilang, untuk apa menjadi kaya secara ekonomi (banyak uang dan harta), kalau
saya sudah bahagia? Ups, nanti dulu! Harus disadari bahwa ekonomi merupakan hal
utama dalam kehidupan. Harus disadari pula bahwa karena kebutuhan ekonomi terjadi
banyak penyelewengan hidup. Dan lihatlah, ekonomi (baca:kekayaan) bisa menyetir
kebijakan-kebijakan publik (sayangnya, kebijakan publik yang hanya
menguntungkan sedikit pihak). Pokoknya dengan kekayaan kita bisa berbuat banyak
hal (dan hendaknya hal yang baik-baik saja). Maka, marilah kita menjadi
kaya! Kekayaan bukanlah hal negatif. Tergantung dari bagaimana cara kita
mendapatkan dan menggunakannya. Marilah kita mencari kekayaan secara baik dan
menggunakannya untuk kebaikan pula! Betapa bahagianya kalau kita bisa
menggunakan kekayaan yang kita usahakan, untuk membahagiakan orang lain,
terlebih orang yang belum bahagia!